Diberdayakan oleh Blogger.

AL-Qur'an Dan AL-Hadist

IP

Wikipedia

Hasil penelusuran

Membaca Al-Qur'an Online

Total Tayangan Halaman

Cari Blog Ini

Konten/artikel apa yang paling kamu suka ?

buku tamu

Hamster GDC

PINGUIN GDC

Tambak lele GDC

Kura-kura GDC

Laporan cuaca

Text Widget

Sample Text

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *

Pengikut

Pengunjung

Flag Counter

Pages

Blogroll

Blogger templates


Selasa, 23 April 2013

PerananTeman Pergaulan ,Bagi Kefahaman Agama

Posted by Unknown  |  No comments









إن الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره، ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ومن سيئات أعمالنا، من يهده الله فلا مضل له، ومن يضلل فلا هادي له .وأشهد أن لا إله إلا الله وحده .لا شريك له، وأشهد أن محمداً عبده ورسوله أما بعد


     Salah satu praktek dari usaha “menjaga hidayah” yang paling efektif adalah; Di mana saja kita berada hendaklah senantiasa berusaha untuk bergaul dengan orang-orang yang sholih serta menempatkan diri di lingkungan mereka, sebagaimana yang diingatkan oleh Rasulullah Saw;

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ: الرَّجُلُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ. رواه أبو داود: ٤٨٣٥ و الترمذي: ٢٣٧٨

Dari Abu Hurairah, sesungguhnya Nabi Saw bersabda; Seseorang atas agama “kekasih” (teman dekat)nya maka hendaklah setiap kalian memperhatikan kepada siapakah dia berteman dekat. HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi. (Hasan)

     Ilmu2 agama berupa dalil2 Qur’an Hadits serta nasehat dari para penasehat di dalam majlis akan menghasilkan "an-Nur" (kefahaman yang bersinar terang di dalam hati) jika di sekeliling kita adalah kaum muslimin yang faham yang istiqamah di dalam ketaatan, merekalah yg seringkali menjadi penyemangat serta sumber inspirasi bagi kita untuk mengamalkan semua ilmu Qur'an dan Hadist yang telah kita kaji dalam kehidupan sehari-hari.

  Alm. Syekh Nurhasan : membuat perumpamaan bahwa putihnya beras bukan karena tumbukan “alu” (kayu untuk menumbuk padi) melainkan karena gesekan sesama beras itu sendiri, maksud gambaran tsb adalah; munculnya kefahaman yang mantap seringkali bukan semata-mata dari ilmu yg kita terima langsung dari guru melainkan dari interaksi (saling mengingatkan dan saling menasehati) sesama kaum muslimin dalam kehidupan sehari-hari.

   Sebagai contoh ketika seorang ulama nasehat tentang keutamaan menghafalkan al-Qur’an, kemudian diperkuat dan ditindak-lanjuti oleh kepengurusan di majlisnya masing-masing dengan membuat program-program yg tersusun dengan baik, maka dengan sendirinya jamaah di daerah tersebut terkondisi untuk menghafalkan al-Qur’an, sehingga bukan hal yg “ajaib” jika kemudian di daerah tersebut para jamaahnya hafal al-Qur’an, setidak-tidaknya (yg paling lemah hafalannya) mampu menghafal satu atau dua juz dari al-Qur’an.

   Contoh lagi, jika kita amati daerah-daerah majlis yang betul-betul fokus dengan program pembinaan generasi penerus (khususnya muda-mudi), dimana program-program tersebut secara tidakk langsung mengkondisikan para muda-mudi untuk kerap berinteraksi satu dengan lainnya, maka hasilnya “luar biasa”, rata-rata muda-mudi di jamaah tersebut mempunyai faham agama yang mantap, dg “militansi” Qur'an dan Hadist nya yg sangat membanggakan. ini semua adalah bukti nyata dari apa yg telah disabdakan oleh Rasulullah Saw:

عن أبي موسى رضي الله عنه قال : قال رسول الله صلى الله عليه و سلم : مثل الجليس الصالح والجليس السوء كمثل صاحب المسك وكير الحداد، لا يعدمك من صاحب المسك إما تشتريه أو تجد ريحه، وكير الحداد يحرق بدنك أو ثوبك أو تجد منه ريحا خبيثة. رواه البخاري : ١٩٩٥

Dari Abi Musa Ra dia berkata Rasulullah Saw bersabda; Perumpamaan teman yg sholih dan teman yg jelek adalah seperti penjual minyak wangi dan pembakaran besi, dapat dipastikan bahwa dari penjual minyak wangi adakalanya kamu membeli minyak itu atau setidaknya kamu mencium bau wanginya, sedangkan dari pembakaran besi kalau tidak membakar badanmu atau pakaianmu, atau setidaknya kamu mencium bau (asap) yang jelek. HR. al-Bukhari.



PENGARUH DARI LINGKUNGAN (PERGAULAN) YANG TIDAK BAIK

     Sebaliknya “daerah” yang tidak terlalu care dengan program pembinaan generasi penerus, sehingga para muda-mudinya jarang bisa bertemu apalagi berinteraksi satu dg yg lainnya, waktu mereka lebih banyak dihabiskan dengan kegiatan-kegiatan bersama teman-temannya “di luar”, biasanya kefahaman agama muda-mudi di daerah tersebut menjadi sangat rapuh.

   Hati mereka menjadi “gersang”, hilang semangat serta daya juangnya, sama sekali tidak dapat merasakan “istimewa”nya menjadi “orang muslim”, kemudian muncul anggapan bahwa muslim dan tidak muslim sama saja, termasuk dampak yang parah adalah; rusaknya mental serta akhlaq mereka sehingga diantara mereka ada yg terjerumus pada kehidupan yang penuh dengan kemaksiatan, antara lain pergaulan bebas, narkoba dsb.

   Jika di sekeliling kita adalah orang-orang yang tidak faham agama, maka sebanyak apapun ilmu-ilmu yang kita dapatkan akan semuanya itu akan “membusuk dengan sia-sia”, sebagai contoh walaupun kita mengaji berkali-kali khatam bab pakaian, khususnya kaum lelaki pakaian bawahnya (celana atau sarung dan sejenisnya) di mana Rasulullah Saw menegaskan bahwa pakaian lelaki yg “ngelembreh” ancamannya adalah neraka.


   Demikian pula dengan para muda-mudi muslimin, walaupun berkali-kali dimanquulkan dalil-dalil yang menunjukkan bab keharamannya berpacaran serta perbuatan (pelanggaran) yang mendekatkan pada perzinaan antara lain; telphon-teleponan, sms-smsan, chatting dengan mesra terhadap lawan jenis yang bukan mahromnya dsb, namun dikarenakan lingkungan di sekitarnya, yakni teman-teman pergaulannya adalah mereka yg biasa dengan perbuatan-perbuatan haram tersebut maka dalil serta nasehat yg diterima setiap acara sambung (pengajian) juga akan sia sia.

KESIMPULAN

    di dalam Majlis seperti pengajian rutin di Masjid daerah tempat tinggalnya masing-masing serta kegiatan-kegiatan yang lainnya selain merupakan ibadah dengan ganjaran yang luar biasa, ternyata juga bagian dari upaya menempatkan diri di “zona aman” dari gangguan setan serta bala tentaranya, sebab dengan tertib menghadiri  Pengajian maka berarti kita senantiasa berada di lingkungan orang-orang yg diistimewakan oleh Allah dengan hidayahNya, perilaku-prilaku akhlaqul karimah sebagian dari kaum muslimin misalnya ada yg penyabar, ada yg ahli shodaqoh, ada yg ahli puasa sunnah dsb menjadi "perangsang" bagi muslim/jamaah yg lainnya untuk melakukan hal yg sama.

Sebaliknya seorang muslim yang menjauhkan diri dari acara Majlis, serta kegiatan pengajian yang lainnya di dalam islam, sadar atau tidak sadar, sebenarnya dia telah memposisikan diri; bagaikan domba yang nyasar ke dalam sarang serigala-serigala yang kelaparan (semoga Allah membimbingnya untuk kembali tertib di dalam ibadah kepada Alloh).

Mudah-mudahan Allah menetapkan kita di dalam hidayahNya, dan mudah-mudahanan artikel ini bermanfaat.

02.49 Share:
About Naveed Iqbal

Nulla sagittis convallis arcu. Sed sed nunc. Curabitur consequat. Quisque metus enim venenatis fermentum mollis. Duis vulputate elit in elit. Follow him on Google+.

0 komentar:

Get updates in your email box
Complete the form below, and we'll send you the best coupons.

Deliver via FeedBurner

Labels

Text Widget

Artikel Lain nya

back to top